KETIKA RINDU TAK LAGI BERIDENTITAS
Satir sunyi terlantun dari kegelapan
Dinding beku meritme kebekuan
Tembang cinta tak lagi terdengar menggema
Kidung katresnan tenggelam koma
Syair kematian kian membahana
Tsunami melanda pada jiwa-jiwa merana
Seruling sunyi dilembah wangi
Tebarkan cekam rasa “rineksa ing wengi”
Wahai pemilik hati,
Dengarlah pekik yang kian tertelan malam
Laungnya menyusup dikesunyian
Hanya gigil pagi yang dipaksa luruh terperam
Ketika rasa tersalib dalam kebungkaman
Duhai penguasa jiwa,
Maaf bila cintaku kembali mendua
Saat gelora tak lagi kau sambut mesra
Rinduku tak lagi beridentitas
Makna kasih kian terlepas
Dilima waktuku kembali aku mencumbuNya
Mengumbar rasa pada sejatinya pemilik jiwa
Mengaduh dalam luka dan dukanya rasa
Merajuk berharap welas asihnya
Saat sujud dalam terpekurnya sang waktu
Kurasakan hanya DIA yang tulus membelaiku
Dan saat kuadukan lukaku
Hanya DIA yang lembut mengusap derai tangisku
Wahai pemilik asa,
Telah DIA letakkan segenggam harap dalam telapakku
Dalam lembut bisiknya “Asamu, biarkan bersemayam dalam kalbumu”
Terpejamku menahan kelu, ngilu merambah diujung galau
Namun damai menyelinap tertahan,
Bersama kepala yang tersandar perlahan…
Yaa Robb….kusandarkan jiwa letihku pada-Mu…
Satir sunyi terlantun dari kegelapan
Dinding beku meritme kebekuan
Tembang cinta tak lagi terdengar menggema
Kidung katresnan tenggelam koma
Syair kematian kian membahana
Tsunami melanda pada jiwa-jiwa merana
Seruling sunyi dilembah wangi
Tebarkan cekam rasa “rineksa ing wengi”
Wahai pemilik hati,
Dengarlah pekik yang kian tertelan malam
Laungnya menyusup dikesunyian
Hanya gigil pagi yang dipaksa luruh terperam
Ketika rasa tersalib dalam kebungkaman
Duhai penguasa jiwa,
Maaf bila cintaku kembali mendua
Saat gelora tak lagi kau sambut mesra
Rinduku tak lagi beridentitas
Makna kasih kian terlepas
Dilima waktuku kembali aku mencumbuNya
Mengumbar rasa pada sejatinya pemilik jiwa
Mengaduh dalam luka dan dukanya rasa
Merajuk berharap welas asihnya
Saat sujud dalam terpekurnya sang waktu
Kurasakan hanya DIA yang tulus membelaiku
Dan saat kuadukan lukaku
Hanya DIA yang lembut mengusap derai tangisku
Wahai pemilik asa,
Telah DIA letakkan segenggam harap dalam telapakku
Dalam lembut bisiknya “Asamu, biarkan bersemayam dalam kalbumu”
Terpejamku menahan kelu, ngilu merambah diujung galau
Namun damai menyelinap tertahan,
Bersama kepala yang tersandar perlahan…
Yaa Robb….kusandarkan jiwa letihku pada-Mu…
0 komentar: