Free Automatic Backlink

Free Automatic Backlink for Blog and Website This is a free, fast, and simple immediate automatic backlinks for optimizing your web page on search engines result. Welcome to Backlink Lists | Free Automatic backlinks Exchanges a free automatic backlinks generator service, free auto backlinks this website offer free auto backlinks service for blogger or web owner who want to get instant backlink for their blog or websites. We know how important is SEO to increase traffic, pagerank, and alexa rank.
LENTERA HATI MENATA HATI Link Exchange/Tukar Link.

Author: Unknown
•18.45

Assalamu'alaikum,


Segala puji Ibu panjatkan kehadirat Allah ta'ala yang telah memudahkan Ibu untuk beribadah kepada-Nya. Shalawat serta salam Ibu sampaikan kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, keluarga dan para sahabatnya. Amin.


Wahai anakku,

Surat ini datang dari Ibumu yang selalu dirundung sengsara. Setelah berpikir panjang Ibu mencoba untuk menulis dan menggoreskan pena, sekalipun keraguan dan rasa malu menyelimuti diri. Setiap kali menulis, setiap kali itu pula gores tulisan terhalang oleh tangis, dan setiap kali menitikkan air mata setiap itu pula hati terluka.




Wahai anakku!

Sepanjang masa yang telah engkau lewati, kulihat engkau telah menjadi anak dewasa,anak yang cerdas dan bijak! Karenanya engkau pantas membaca tulisan ini, sekalipun nantinya engkau remas kertas ini lalu engkau merobeknya, sebagaimana sebelumnya engkau telah remas hati dan telah engkau robek pula perasaanku.

Wahai anakku... beberapa tahun telah berlalu, dan tahun-tahun itu merupakan tahun kebahagiaan dalam kehidupanku. Suatu ketika dokter datang menyampaikan kabar tentang kehamilanku dan semua ibu sangat mengetahui arti kalimat tersebut. Bercampur rasa gembira dan bahagia dalam diri ini sebagaimana ia adalah awal mula dari perubahan fisik dan emosi.

Semenjak kabar gembira tersebut aku membawamu 9 bulan. Tidur, berdiri, makan dan bernafas dalam kesulitan. Akan tetapi itu semua tidak mengurangi cinta dan kasih sayangku kepadamu, bahkan ia tumbuh bersama berjalannya waktu.




Aku mengandungmu, wahai anakku! Pada kondisi lemah di atas lemah, bersamaan dengan itu aku begitu gembira tatkala merasakan melihat terjangan kakimu dan balikan badanmu di perutku. Aku merasa puas setiap aku menimbang diriku, karena semakin hari semakin bertambah berat perutku, berarti engkau sehat wal afiat dalam rahimku.




Penderitaan yang berkepanjangan menderaku, sampailah saat itu, ketika fajar pada malam itu, yang aku tidak dapat tidur dan memejamkan mataku barang sekejap pun. Aku merasakan sakit yang tidak tertahankan dan rasa takut yang tidak bisa dilukiskan. Sakit itu terus berlanjut sehingga membuatku tidak dapat lagi menangis. Sebanyak itu pula aku melihat kematian menari-nari di pelupuk mataku, hingga tibalah waktunya engkau keluar ke dunia. Engkau pun lahir! Tangisku bercampur dengan tangismu, air mata kebahagiaan. Dengan semua itu, sirna semua keletihan dan kesedihan, hilang semua sakit dan penderitaan, bahkan kasihku padamu semakin bertambah dengan bertambah kuatnya sakit. Aku raih dirimu sebelum aku meraih minuman, aku peluk cium dirimu sebelum meneguk satu tetes air ke kerongkonganku.




Wahai anakku... telah berlalu tahun dari usiamu, aku membawamu dengan hatiku dan memandikanmu dengan kedua tangan kasih sayangku. Saripati hidupku kuberikan kepadamu. Aku tidak tidur demi tidurmu, berletih demi kebahagiaanmu.




Harapanku pada setiap harinya, agar aku melihat senyumanmu. Kebahagiaanku setiap saat adalah celotehmu dalam meminta sesuatu, agar aku berbuat sesuatu untukmu. itulah kebahagiaanku!




Kemudian, berlalulah waktu. Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun. Selama itu pula aku setia menjadi pelayanmu yang tidak pernah lalai, menjadi dayangmu yang tidak pernah berhenti, dan menjadi pekerjamu yang tidak pernah mengenal lelah serta mendo'akan selalu kebaikan dan taufiq untukmu.




Aku selalu memperhatikan dirimu hari demi hari hingga engkau menjadi dewasa. Badanmu yang tegap, ototmu yang kekar, kumis dan jambang tipis yang telah menghiasi wajahmu, telah menambah ketampananmu. Tatkala itu aku mulai melirik ke kiri dan ke kanan demi mencari pasangan hidupmu.




Semakin dekat hari perkawinanmu, semakin dekat pula hari kepergianmu. saat itu pula hatiku mulai serasa teriris-iris, air mataku mengalir, entah apa rasanya hati ini. Bahagia telah bercampur dengan duka, tangis telah bercampur pula dengan tawa. Bahagia karena engkau mendapatkan pasangan dan sedih karena engkau pelipur hatiku akan berpisah denganku.




Waktu berlalu seakan-akan aku menyeretnya dengan berat. Kiranya setelah perkawinan itu aku tidak lagi mengenal dirimu, senyummu yang selama ini menjadi pelipur duka dan kesedihan, sekarang telah sirna bagaikan matahari yang ditutupi oleh kegelapan malam. Tawamu yang selama ini kujadikan buluh perindu, sekarang telah tenggelam seperti batu yang dijatuhkan ke dalam kolam yang hening, dengan dedaunan yang berguguran. Aku benar-benar tidak mengenalmu lagi karena engkau telah melupakanku dan melupakan hakku.




Terasa lama hari-hari yang kulewati hanya untuk ingin melihat rupamu. Detik demi detik kuhitung demi mendengarkan suaramu. Akan tetapi penantian kurasakan sangat panjang. Aku selalu berdiri di pintu hanya untuk melihat dan menanti kedatanganmu. Setiap kali berderit pintu aku manyangka bahwa engkaulah orang yang datang itu. Setiap kali telepon berdering aku merasa bahwa engkaulah yang menelepon. Setiap suara kendaraan yang lewat aku merasa bahwa engkaulah yang datang.




Akan tetapi, semua itu tidak ada. Penantianku sia-sia dan harapanku hancur berkeping, yang ada hanya keputusasaan. Yang tersisa hanyalah kesedihan dari semua keletihan yang selama ini kurasakan. Sambil menangisi diri dan nasib yang memang telah ditakdirkan oleh-Nya.




Anakku... Ibumu ini tidaklah meminta banyak, dan tidaklah menagih kepadamu yang bukan-bukan. Yang Ibu pinta, jadikan Ibumu sebagai sahabat dalam kehidupanmu. Jadikanlah Ibumu yang malang ini sebagai pembantu di rumahmu, agar bisa juga aku menatap wajahmu, agar Ibu teringat pula dengan hari-hari bahagia masa kecilmu.




Dan Ibu memohon kepadamu, Nak! Janganlah engkau memasang jerat permusuhan denganku, jangan engkau buang wajahmu ketika Ibu hendak memandang wajahmu!!

Yang Ibu tagih kepadamu, jadikanlah rumah Ibumu, salah satu tempat persinggahanmu, agar engkau dapat sekali-kali singgah ke sana sekalipun hanya satu detik. Jangan jadikan ia sebagai tempat sampah yang tidak pernah engkau kunjungi, atau sekiranya terpaksa engkau datangi sambil engkau tutup hidungmu dan engkaupun berlalu pergi.




Anakku, telah bungkuk pula punggungku. Bergemetar tanganku, karena badanku telah dimakan oleh usia dan digerogoti oleh penyakit. Berdiri seharusnya dipapah, dudukpun seharusnya dibopong, sekalipun begitu cintaku kepadamu masih seperti dulu. Masih seperti lautan yang tidak pernah kering. Masih seperti angin yang tidak pernah berhenti.




Sekiranya engkau dimuliakan satu hari saja oleh seseorang, niscaya engkau akan balas kebaikannya dengan kebaikan setimpal. Sedangkan kepada Ibumu. Mana balas budimu, nak!? Mana balasan baikmu! Bukankah air susu seharusnya dibalas dengan air susu serupa?! Akan tetapi kenapa nak! Susu yang Ibu berikan engkau balas dengan tuba. Bukankah Allah ta'ala telah berfirman, "Bukankah balasan kebaikan kecuali dengan kebaikan pula?!" (QS. Ar Rahman: 60) Sampai begitu keraskah hatimu, dan sudah begitu jauhkah dirimu?! Setelah berlalunya hari dan berselangnya waktu?!




Wahai anakku, setiap kali aku mendengar bahwa engkau bahagia dengan hidupmu, setiap itu pula bertambah kebahagiaanku. Bagaimana tidak, engkau adalah buah dari kedua tanganku, engkaulah hasil dari keletihanku. Engkaulah laba dari semua usahaku! Kiranya dosa apa yang telah kuperbuat sehingga engkau jadikan diriku musuh bebuyutanmu?! Pernahkah aku berbuat khilaf dalam salah satu waktu selama bergaul denganmu, atau pernahkah aku berbuat lalai dalam melayanimu?




Terus, jika tidak demikian, sulitkah bagimu menjadikan statusku sebagai budak dan pembantu yang paling hina dari sekian banyak pembantumu. Semua mereka telah mendapatkan upahnya!? Mana upah yang layak untukku wahai anakku!




Dapatkah engkau berikan sedikit perlindungan kepadaku di bawah naungan kebesaranmu? Dapatkah engkau menganugerahkan sedikit kasih sayangmu demi mengobati derita orang tua yang malang ini? Sedangkan Allah ta'ala mencintai orang yang berbuat baik.




Wahai anakku!! Aku hanya ingin melihat wajahmu, dan aku tidak menginginkan yang lain.




Wahai anakku! Hatiku teriris, air mataku mengalir, sedangkan engkau sehat wal afiat. Orang-orang sering mengatakan bahwa engkau seorang laki-laki supel, dermawan, dan berbudi. Anakku... tidak tersentuhkah hatimu terhadap seorang wanita tua yang lemah, tidak terenyuhkah jiwamu melihat orang tua yang telah renta ini, ia binasa dimakan oleh rindu, berselimutkan kesedihan dan berpakaian kedukaan!? Bukan karena apa-apa?! Akan tetapi hanya karena engkau telah berhasil mengalirkan air matanya. Hanya karena engkau telah membalasnya dengan luka di hatinya. hanya karena engkau telah pandai menikam dirinya dengan belati durhakamu tepat menghujam jantungnya. hanya karena engkau telah berhasil pula memutuskan tali silaturrahim?!




Wahai anakku, Ibumu inilah sebenarnya pintu surga bagimu. Maka titilah jembatan itu menujunya, lewatilah jalannya dengan senyuman yang manis, pemaafan dan balas budi yang baik. Semoga aku bertemu denganmu di sana dengan kasih sayang Allah ta'ala, sebagaimana dalam hadits: "Orang tua adalah pintu surga yang di tengah. Sekiranya engkau mau, maka sia-siakanlah pintu itu atau jagalah!!" (HR. Ahmad)




Anakku... aku sangat mengenalmu, tahu sifat dan akhlakmu. Semenjak engkau telah beranjak dewasa saat itu pula tamak dan labamu kepada pahala dan surga begitu tinggi. Engkau selalu bercerita tentang keutamaan shalat berjamaah dan shaf pertama. Engkau selalu berniat untuk berinfak dan bersedekah.




Akan tetapi, anakku! Mungkin ada satu hadits yang terlupakan olehmu! Satu keutamaan besar yang terlalaikan olehmu yaitu bahwa Nabi yang mulia shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Dari Ibnu Mas'ud radhiallahu 'anhu berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Wahai Rasulullah, amal apa yang paling mulia?" Beliau bersabda: "Shalat pada waktunya", aku berkata: "Kemudian apa, wahai Rasulullah?" Beliau bersabda: "Berbakti kepada kedua orang tua", dan aku berkata: "Kemudian, wahai Rasulullah!" Beliau menjawab, "Jihad di jalan Allah", lalu beliau diam. Sekiranya aku bertanya lagi, niscaya beliau akan menjawabnya. (Muttafaqun 'alaih)




Wahai anakku!! Ini aku, pahalamu, tanpa engkau bersusah payah untuk memerdekakan budak atau berletih dalam berinfak. Pernahkah engkau mendengar cerita seorang ayah yang telah meninggalkan keluarga dan anak-anaknya dan berangkat jauh dari negerinya untuk mencari tambang emas?! Setelah tiga puluh tahun dalam perantauan, kiranya yang ia bawa pulang hanya tangan hampa dan kegagalan. Dia telah gagal dalam usahanya. Setibanya di rumah, orang tersebut tidak lagi melihat gubuk reotnya, tetapi yang dilihatnya adalah sebuah perusahaan tambang emas yang besar. Berletih mencari emas di negeri orang, kiranya di sebelah gubuk reotnya orang mendirikan tambang emas.




Begitulah perumpamaanmu dengan kebaikan. Engkau berletih mencari pahala, engkau telah beramal banyak, tapi engkau telah lupa bahwa di dekatmu ada pahala yang maha besar. Di sampingmu ada orang yang dapat menghalangi atau mempercepat amalmu. Bukankah ridhoku adalah keridhoan Allah ta'ala, dan murkaku adalah kemurkaan-Nya?




Anakku, yang aku cemaskan terhadapmu, yang aku takutkan bahwa jangan-jangan engkaulah yang dimaksudkan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sabdanya: "Merugilah seseorang, merugilah seseorang, merugilah seseorang", dikatakan, "Siapa dia,wahai Rasulullah?, Rasulullah menjawab, "Orang yang mendapatkan kedua ayah ibunya ketika tua, dan tidak memasukkannya ke surga". (HR. Muslim)




Anakku... aku tidak akan angkat keluhan ini ke langit dan aku tidak adukan duka ini kepada Allah, karena sekiranya keluhan ini telah membumbung menembus awan, melewati pintu-pintu langit, maka akan menimpamu kebinasaan dan kesengsaraan yang tidak ada obatnya dan tidak ada dokter yang dapat menyembuhkannya. Aku tidak akan melakukannya, Nak! Bagaimana aku akan melakukannya sedangkan engkau adalah jantung hatiku.




Bagaimana Ibumu ini kuat menengadahkan tangannya ke langit sedangkan engkau adalah pelipur laraku. Bagaimana Ibu tega melihatmu merana terkena do'a mustajab, padahal engkau bagiku adalah kebahagiaan hidupku.




Bangunlah Nak! Uban sudah mulai merambat di kepalamu. Akan berlalu masa hingga engkau akan menjadi tua pula, dan al jaza' min jinsil amal. "Engkau akan memetik sesuai dengan apa yang engkau tanam." Aku tidak ingin engkau nantinya menulis surat yang sama kepada anak-anakmu, yang engkau tulis dengan air matamu sebagaimana aku menulisnya dengan air mata itu pula kepadamu.




Wahai anakku, bertaqwalah kepada Allah, dan kepada Ibumu, peganglah kakinya!! Sesungguhnya surga di kakinya. Basuhlah air matanya, balurlah kesedihannya, kencangkan tulang ringkihnya, dan kokohkan badannya yang telah lapuk.

Anakku… Setelah engkau membaca surat ini,terserah padamu! Apakah engkau sadar dan akan kembali atau engkau ingin merobeknya.




Wassalam, Ibumu

— bersama Cinta Mustika Ayu dan 39 lainnya di PANTAI ALAM INDAH (PAI) TEGAL.











Suka · · Bagikan · Tandai Teman



Rhielladewinda ChibyNtang Gemini'thea, Adjenkshejuteq Slallu, Tyas Ningrum dan 85 lainnya menyukai ini.





Lentera Hati Doa untuk Putraku

Tuhanku…

Bentuklah puteraku menjadi manusia yang cukup kuat untuk mengetahui kelemahannya. Dan, berani menghadapi dirinya sendiri saat dalam ketakutan.

Manusia yang bangga dan tabah dalam kekalahan.

Tetap Jujur dan rendah hati dalam kemenangan.

Bentuklah puteraku menjadi manusia yang berhasrat mewujudkan cita-citanya dan tidak hanya tenggelam dalam angan-angannya saja.

Seorang Putera yang sadar bahwa mengenal Engkau dan dirinya sendiri adalah landasan segala ilmu pengetahuan.

Tuhanku…

Aku mohon, janganlah pimpin puteraku di jalan yang mudah dan lunak. Namun, tuntunlah dia di jalan yang penuh hambatan dan godaan, kesulitan dan tantangan.

Biarkan puteraku belajar untuk tetap berdiri di tengah badai dan senantiasa belajar
untuk mengasihi mereka yang tidak berdaya.

Ajarilah dia berhati tulus dan bercita-cita tinggi, sanggup memimpin dirinya sendiri, sebelum mempunyai kesempatan untuk memimpin orang lain.

Berikanlah hamba seorang putra yang mengerti makna tawa ceria tanpa melupakan makna tangis duka.

Putera yang berhasrat untuk menggapai masa depan yang cerah

namun tak pernah melupakan masa lampau.

Dan, setelah semua menjadi miliknya…

Berikan dia cukup rasa humor sehingga ia dapat bersikap sungguh-sungguh
namun tetap mampu menikmati hidupnya.

Tuhanku…

Berilah ia kerendahan hati…

Agar ia ingat akan kesederhanaan dan keagungan yang hakiki…

Pada sumber kearifan, kelemahlembutan, dan kekuatan yang sempurna…

Dan, pada akhirnya bila semua itu terwujud, hamba, ayahnya, dengan berani berkata “hidupku tidaklah sia-sia”


22 Agustus pukul 9:29 · Suka · 5





Lentera Hati sahabat yang budiman,
Puisi itu adalah sebuah cermin seorang ayah yang mengharapkan anaknya kelak mampu menjadi manusia yang ber-Tuhan sekaligus mampu menjadi manusia yang tegar, tidak cengeng, tidak manja, dan bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri.

Seperti contoh sepenggal puisi di atas yg berbunyi: “Janganlah pimpin puteraku di jalan yang mudah dan lunak, tuntunlah dia di jalan yang penuh hambatan dan godaan, kesulitan dan tantangan.” Puisi ini menunjukkan bahwa sang jenderal sadar tidak ada jalan yang rata untuk kehidupan sukses yang berkualitas.

Seperti kata mutiara yang tidak bosan saya ucapkan: “Kalau Anda lunak pada diri sendiri, kehidupan akan keras terhadap Anda. Namun, kalau Anda keras pada diri sendiri, maka kehidupan akan lunak terhadap Anda.”

Untuk itu, jangan kompromi atau lunak pada sikap kita yang destruktif, merusak, dan cenderung melemahkan. Maka, senantiasalah belajar bersikap tegas dan keras dalam membangun karakter yang konstruktif, membangun, demi menciptakan kehidupan sukses yang gemilang, hidup penuh kebahagiaan!!

Selamat berjuang!!!


22 Agustus pukul 9:30 · Suka · 3





Lentera Hati Doa untuk anakku

Anakku, belahan jiwaku…..

Waktu berlalu tanpa pernah kita sadari

Namun pelukan sayang ibu tak pernah kehilangan arti

Dekapan hangat ibu juga selalu menyertai

Doa tulus ibu melekat erat dalam ayunan langkah merajut mimpi

Anakku, jendela sanubariku…..

Perjuangan itu kini sudah dihadapan

Saatnya menjalani hidup dengan penuh kemandirian

Hadapi tantangan dengan senyuman

Sapa setiap kesulitan dengan keikhlasan

Raih bintang dengan penuh harapan

Anakku, lentera hidupku…..

Hidup ini tidak terlalu mudah dijalani

Ada kesulitan yang akan memperkaya hati

Tapi…..

Jadilah pemenang layaknya juara sejati

Dengan rendah hati dan luhur budi

Bertabur kasih bersulam pekerti

Anakku, bintang harapanku…..

Ayunkan langkah dengan ringan hati

Gapai setiap mimpi yang ada di sanubari

Bentangkan asa agar menjadi nyata

Tuhanku, ijinkan aku memohon…

Lindungi anakku dalam teduh karunia-Mu

Bimbing anakku di setiap persimpangan yang membuatnya bimbang

Beri kemuliaan budi agar membuatnya berarti

Teteskan kebesaran jiwa agar membuatnya bermakna

Sentuh hatinya dengan semangat tulus untuk berbagi

Tanamkan keyakinan terhadap kebaikan

Penuhi tekadnya dengan kerja keras dan pantang menyerah

Teguhkan pribadinya agar tidak mudah goyah

Tuhanku…..

Terima kasih untuk karunia terindah ini

Terima kasih untuk anugerah tidak ternilai ini


22 Agustus pukul 9:35 · Batal Suka · 5





Kilah SaiFat Subhanallah


22 Agustus pukul 9:43 · Suka · 2





Korban Cintamaya Heeeemmm meneteslah air mataku krn sangat terharuuuu

Abang ... Minal Aidin Walfaidzin ... Wlu sdkit terlambat heeee


22 Agustus pukul 9:45 · Batal Suka · 2





Lentera Hati cinta maya ...he he he iya semoga kita senantiasa dalam naungan rahmatNya


22 Agustus pukul 10:09 · Suka · 1





Melaty Biru Aamiin ,,, ya robbal alamin,,,


22 Agustus pukul 10:38 · Suka · 1





Ukhty Leni Hartanti Baguuus bngt...Ukhty jd terharu nich...


22 Agustus pukul 10:51 · Suka · 2





Khoiriah Hamzah Masha Allah!
Ibu engkaulh syurga bagi ku...setiap du'a ku panjatkn demi utk ibu terkasih...sungguh besar pengorbanan mu tidak dpt terbalaskan...redha mu adalh kebahagiaan ku...Duhai ibu!!!


22 Agustus pukul 10:59 · Suka · 3





Ananda Bungsu terima kasih ibu,atas cinta kasih yg kau berikan untuk kami anak anak mu.beri kami waktu untuk bsa berbakti kepada mu ibu.amin ya allah.....


22 Agustus pukul 12:21 · Suka · 2





Zdatuan Nitta Qoini oh....Ibu maafkan lah anakmu ini ibu....
Anakmu yg terlena dgn keindahan dunia...
Maafkan anakmu ibu...
Anakmu yang kadang terlupa dgn kata,surga di bawah telapak kakimu ibu...
Aku yang tak pernah mengharap airmata kesedihanmu
Namun aku pula yang membuat airmata itu jatuh menetes di pipimu..
Aku tak ingin kau terluka..
Namun aku pula yang tlah menggoreskan luka" itu di hatimu..
Oh.....Ibu maafkan lah anakmu.
walaupun kini kau telah pergi meninggalkanku...
tapi engkau selalu ada dalam hati ku..
aku janji,aku gak kan mengecewakanmu lagi ibu..
Aku akan kirim doa untk Ibu setiap kali selesai shalat.
Rabbighfirli waliwalidayya warhamhuma kamaa Robbayaani shaghira..Aamiin....


22 Agustus pukul 14:02 · Suka · 3





Lentera Hati Berbahagia dan bersyukurlah bg yg mash punya ibu ,,bersyukurlah mash di dampingi ibu,,,liatlah org yg sedari kecil tanpa ayah tanpa ibu hdp berjuang sendiri dm hidup ,,sayangi ibu sepenuh hatimu ,,mumpung mash ada kesempatan ,,lihatlah bg yg pngn tau rasanya ada org tua pngn disayang pngn dimanja tp cm berhayal ,,,sahabtku smua ,,coba skali tempo lhatlah ketika org tua kalian tertdur dgn pulas ,,lihatlah dalam dalam raut wajah beliau ,,yg nampak mulai lelah karena usia lelah karena perjuangan dm anak anak nya ,,beliau merasakan kepenatan yg bener bener.tapi hanya karena suatu hal kecil terkadang kita dg mudahnya membenci atau terkadang menggertak ibu ,,lihatlah saat beliau tertdur kelelahan akan tampak nyata pada kerut nya ,,tdk kah kita sadari tidak kah kita pikirkan ,,sahbat pernahkah skali wakt kt membasuh ke dua kaki ibu kita ? Cobalah lakukan skali saja maka kau akan merasakan kenikmatan bs berbakti pada ibu


22 Agustus pukul 15:30 · Suka · 6





Melaty Biru Tiada kata lain terhadap ibu krn ibu penasehat hidupku tanpa ibu q tak tahu bgmn ku jlani hidup ini ibu tlah ber korban untuk menjaga ku jg putiku terima kasih yg tiada terkata ya ibu ku selalu mendo'aknmu semoga sehat sejahtera selalu ,,,


22 Agustus pukul 15:54 · Batal Suka · 3





Ukhty Leni Hartanti Alhamdulillah...Aq msh pny Mama,aq sngt syng Mama krn Mama bnr2 seorg ibu yg hebat.
Kemarin lebaran aq minta foto berdua sm mama,qu lihat foto mama sdh ga muda lg yg dulu masa muda Mamaqu cantik sekali tp wajah mama tlah berkeriput dan aq pun ga tega tuk meninggalkan Mama.
Bila mama tidur,qu pandangi wajah mama dan qu ciumin kening mama dgn penuh kasih sayangqu tuk Mama.Aq jd bnr2 ga tega meninggalkan Mama,krn tgl 25 aq akan pergi ikut nyusul suamiqu wlupun mama sempat keberatan aq akan prgi krn ga ada yg temenin mama ngobrol2 sblm tdr,ga ada yg ke pasar,ga ada yg masak,ga ada yg anterin mama pergi.Krn aq lah satu2nya anaknya yg ada di rmh Mama wlupun aq pny 3 org kk tp kk2qu dah pd tinggal dirmh masing2,bila aq pergi Mama berdua sm bpk.Mama tempat curhatqu,tempat berbagi cerita,sprti sbgai sahabat.
Mama aq sayaaang bngt sm mama...Aq janji ga akan membuat mama sedih lg,aq akan kembali lg ma...Aq akan merindukan Mama...Maafkan anakmu ya ma...


22 Agustus pukul 16:01 · Suka · 2





Lentera Hati Hemm,,skrg kita smua jd org tua ,,terkadang merasa sakit hati mana kala ada salah satu diantara anak kita yang bandel .,yang berani ma orang tua ,,,kadang kecewa dg anak kita yang mana terkadang anak kita ndak mau tau bagaimana sulitnya berjuang cari nafkah banting tulang untuk anak ,.tapi begitu menginjak dewasa anak sulit diatur .,ah ,,anak ku mengertilah sayang begitu lelahnya kami orang tua bekerja dm untkmu ,,hanya untukmu.,mengertilah wahai anak anakku kami org tua cuma buruh yang mengandalkan tenaga tidakakah enkau liat smakin hari keriput ini nyata tdkkah engkau liat kalo kondisi melemah karena usia ,,dewasa lah anakku ,,ingatlah esok engkau juga akan seperti kami ,,


22 Agustus pukul 16:21 · Suka · 4





Korban Cintamaya Aamiinn


22 Agustus pukul 16:26 · Suka · 1





Melaty Biru Aamiin ,,, insya alloh ank 2 akn dpt mengerti kesusahan kita sebagai orang tua bekerja tak kira mlm atau siang hnya untuk membahagiany,,, Aamiin insya alloh,,


22 Agustus pukul 16:39 · Suka · 2





Lentera Hati Renungan pada Orang Tua



Waktu kamu berumuran 1 tahun ,



dia menyuapi dan memandikanmu ... sebagai balasannya ... kau menangis sepanjang malam.




Waktu kamu berumur 2 tahun ,



dia mengajarimu bagaimana cara berjalan ..



sebagai balasannya .... kamu kabur waktu dia memanggilmu




Waktu kamu berumur 3 tahun,



dia memasak semua makananmu dengan kasih sayang .. sebagai balasannya ..... kamu buang piring berisi makananmu ke lantai




Waktu kamu berumur 4 tahun, dia memberimu pensil warna ... sebagai balasannya .. kamu corat coret tembok rumah dan meja makan




Waktu kamu berumur 5 tahun, dia membelikanmu baju-baju mahal dan indah..sebagai balasannya ... kamu memakainya bermain di kubangan lumpur




Waktu berumur 6 tahun, dia mengantarmu pergi ke sekolah ... sebagai



balasannya ... kamu berteriak "NGGAK MAU ..!"




Waktu berumur 7 tahun, dia membelikanmu bola ... sebagai balasannya .kamu melemparkan bola ke jendela tetangga




Waktu berumur 8 tahun, dia memberimu es krim ... sebagai balasannya...kamu tumpahkan dan mengotori seluruh bajumu




Waktu kamu berumur 9 tahun , dia membayar mahal untuk kursus-kursusmu .sebagai balasannya .... kamu sering bolos dan sama sekali nggak mau belajar




Waktu kamu berumur 10 tahun, dia mengantarmu kemana saja, dari kolam renang sampai pesta ulang tahun .. sebagai balasannya ... kamu melompat



keluar mobil tanpa memberi salam




Waktu kamu berumur 11 tahun, dia mengantar kamu dan temen-temen kamu kebioskop .. sebagai balasannya ... kamu minta dia duduk di barisan lain




Waktu kamu berumur 12 tahun, dia melarangmu melihat acara tv khusus untuk orang dewasa ... sebagai balasannya .... kamu tunggu sampai dia keluar rumah




Waktu kamu berumur 13 tahun, dia menyarankanmu untuk memotong rambut karena sudah waktunya .sebagai balasannya.. kamu bilang dia tidak tahu mode




Waktu kamu berumur 14 tahun, dia membayar biaya untuk kemahmu selama liburan .. sebagai balasannya .... kamu nggak pernah menelponnya




Waktu kamu berumur 15 tahun, pulang kerja dia ingin memelukmu ...



sebagai balasannya ... kamu kunci pintu kamarmu




Waktu kamu berumur 16 tahun, dia mengajari kamu mengemudi mobil ....sebagai balasannya .... kamu pakai mobilnya setiap ada kesempatan tanpa



mempedulikan kepentingannya




Waktu kamu berumur 17 tahun, dia sedang menunggu telpon yang penting ... sebagai balasannya .... kamu pakai telpon nonstop semalaman,




waktu kamu berumur 18 tahun, dia menangis terharu ketika kamu lulus SMA.. sebagai balasannya .... kamu berpesta dengan teman-temanmu sampai pagi




Waktu kamu berumur 19 tahun, dia membayar semua kuliahmu dan mengantarmu



ke kampus pada hari pertama ... sebagai balasannya .... kamu minta



diturunkan jauh dari pintu gerbang biar nggak malu sama temen-temen




Waktu kamu berumur 20 tahun, dia bertanya "Darimana saja seharian ini?".. sebagai balasannya ... kamu menjawab "Ah,



cerewet amat sih, pengen tahu urusan orang."




Waktu kamu berumur 21 tahun, dia menyarankanmu satu pekerjaan bagus untuk karier masa depanmu ... sebagai balasannya .... kamu bilang "Aku nggak mau



seperti kamu."




Waktu kamu berumur 22 tahun, dia memelukmu dan haru waktu kamu lulus



perguruan tinggi .. sebagai balasanmu ... kamu nanya kapan kamu bisa main ke luar negeri




Waktu kamu berumur 23 tahun, dia membelikanmu 1 set furniture untuk rumah



barumu ... sebagai balasannya ... kamu ceritain ke temanmu betapa jeleknya furniture itu




Waktu kamu berumur 24 tahun, dia bertemu dengan tunanganmu dan bertanya



tentang rencana di masa depan ... sebagai balasannya ... kamu mengeluh



"Aduh gimana sih kok bertanya seperti itu."




Waktu kamu berumur 25 tahun, dia membantumu membiayai pernikahanmu ..



sebagai balasannya ... kamu pindah ke kota lain yang jaraknya lebih dari 500 km.




Waktu kamu berumur 30 tahun, dia memberimu nasehat bagaimana merawat



bayimu ... sebagai balasannya .... kamu katakan "Sekarang jamannya sudah beda."




Waktu kamu berumur 40 tahun , dia menelponmu untuk memberitahu pesta salah



satu saudara dekatmu .. sebagai balasannya kamu jawab "Aku sibuk sekali,



nggak ada waktu."




Waktu kamu berumur 50 tahun, dia sakit-sakitan sehingga memerlukan perawatanmu ... sebagai balasannya .... kamu baca tentang pengaruh negatif orang tua yang numpang tinggal di rumah anaknya




dan hingga SUATU HARI, dia meninggal dengan tenang ... dan tiba-tiba kamu



teringat semua yang belum pernah kamu lakukan, ... dan itu menghantam



HATIMU bagaikan pukulan godam




MAKA ...



JIKA ORANGTUAMU MASIH ADA ... BERIKANLAH KASIH SAYANG DAN PERHATIAN LEBIH DARI YANG PERNAH KAMU BERIKAN SELAMA INI



JIKA ORA NG TUAMU SUDAH TIADA ... INGATLAH KASIH SAYANG DAN CINTANYA YANG TELAH DIBERIKANNYA DENGAN TULUS TANPA SYARAT KEPADAMU




APAKAH KAMU SAYANG ORANGTUAMU????



KARENA ORANGTUAMU SELALU MENYAYANGIMU.


22 Agustus pukul 20:17 · Suka · 6





Rizkia Fatmawati Aku sllu menyayangi org tua ku terutama ibu. Wlw kita dl sk berbeda pendpt dan sering debat, namun tak mengurangi sayangku padany.hingga suatu hari aku harus merantau dan 6 thn tdk berjumpa dg'y.. Ktika ku pulang kampung, dia, ibuku pertama ku cari, ku peluk cium. Ketika beliau duduk dg kami (aku dn adikku).. Aku mengambil dua gayung air.ku basuh kakinya lalu ku keringkan.ku basuh sekali lg dan air basuhan itu aku minum.sampai2 ibuku menitikkan air mata..aku bkn mau pamer pdmu ibu atau adik2ku. Ini hny wujud bakti kecil pd ibu. Krn ku yakin syurga berada d bwh telapak kakimu. Izinkan ku memulai baktiku dr ujung kakimu hingga seluruh badanmu


22 Agustus pukul 21:02 · Batal Suka · 6





Rhielladewinda ChibyNtang Gemini'thea amiiiiiiin ..


27 Agustus pukul 23:54 · Suka


Tulis komentar...
Author: Unknown
•17.51
Author: Unknown
•04.44

Author: Unknown
•04.41


Bismillahirrahmanirrahim

“ Wal ‘Asr, Innal Insana lafi husr. Illalladzina amanu wa ‘amilusalihati WATAWASOU BIL HAQQI WA TAWASOU BISSOBR”




Wahai Istriku….

Marilah kita ta’aruf lebih dalam lagi, agar kita mengenal lebih jauh tentang diri kita masing-masing. Engkau adalah wanita yang dipilih oleh Allah untuk mendampingiku, tidak ada paksaan dari siapapun dan pihak manapun. Kita sama-sama punya komitmen saling percaya, mengiklaskan diri kita masing-masing untuk menjalin ikatan suci yang disebutkan oleh Al-Qur’an sebagai “mitsaqan ghalidza”. Walaupun sebelumnya kita tidak mengenal jauh tentang pribadi masing-masing, namun aku begitu yakin bahwa Allah yang menaqdirkan kita untuk bertemu dan sama-sama bersepakat menuju pelaminan dengan niat yang sama, yaitu menikah dengan motivasi beribadah. Maka engkau memahami bahwa cinta kita “terbingkai” dalam agama, sehingga segala perbedaan tak lagi bermakna. Apapun resikonya dalam pelaksanaan ibadah, tetap akan kita jalani dengan penuh sabar dan tawakal kepada Allah, sampai kita bertemu dengan-Nya dalam keadaan tersenyum. “Fa’bud Rabbaka hatta ya’tiyakal yakin”.




Wahai Istriku…..

Ijinkanlah aku berkata kepadamu untuk menyingkap tabir di balik pernikahan kita. Bahwa lelaki yang menikahimu: Tidaklah setampan Yusuf, tidaklah segagah Musa. Tidaklah setaat Ibrahim, tidak pula setabah Ayyub. Apalagi secerdas Muhammad. Tetapi ia hanyalah laki-laki akhir zaman yang ingin memperbaiki diri untuk menjadi shalih, serta mendamba pada Allah semoga Ia menganugerahkan mujahid dakwah yang “tercipta” dari rahim-mu. Aku adalah pria yang tiada sempurna, sehingga aku merasa sempurna ketika Allah menakdirkan engkau hadir dalam kehidupanku, untuk selalu setia di sampingku saat senang maupun susah.




Wahai Istriku…..

Pernikahan ini mengajarkan kita tanggung jawab bersama. Apabila dibuat perumpamaan mungkin seperti ini:




Jika aku menjadi rumah, engkaulah penghuninya. Jika aku nahkoda kapal, engkaulah pembaca petanya. Jika aku bagai anak kecil yang nakal, engkaulah penuntun kenakalannya. Saat aku menjadi Raja, nikmatilah anggur singgasananya. Seketika aku menjadi “bisa”, engkaulah penawar racunnya. Seandainya aku sedang marah, maka bersabarlah saat memperingatkan.

Engkau tentu tahu, bahwa perrnikahan ini menyadarkan kita akan perlunya iman dan takwa, untuk bersama meniti sabar dalam mencari ridha-Nya…




Wahai Istriku……

Engkau wanita yang dipilih oleh Allah untuk mendampingiku. Ijinkanlah aku berkata kepadamu untuk menyingkap tabir pernikahan ini, aku tidak bermaksud menyinggungmu, apalagi menyakitimu. Tidak…, bukan itu maksudku. Aku ingin kita sama – sama memahami kekurangan dan kelemahan kita dihadapan Allah. Wahai istriku, engkau tentu menyadari bahwa:




Engkau tidaklah selembut Zulaikha, tidak pula sesantun Aisyah,tidaklah setakwa Maryam, tidak pula setabah Fathimah, apalagi semulia Khadijah. Akan tetapi engkau adalah perempuan akhir zaman yang ingin memperbaiki diri, untuk belajar menjadi seorang wanita shalihah, mendamba generasi shalihah yang “tercipta” dari rahim-mu. Engkau adalah wanita yang tidak sempurna, sehingga kau merasa sempurna ketika Allah menakdirkan aku hadir dalam kehidupanmu, untuk selalu setia menemanimu saat senang maupun susah…

Wahai Istriku....

Pernikahan ini mengajarkan kita kewajiban bersama, bila dibuat perumpamaan yang lain mungkin seperti ini:




Jika kau menjadi tanah, akulah langit penaungnya. Jika kau ladang tanaman, akulah pagar penjaganya. Jika kau adalah murid, akulah pembimbingnya. Jika kau bagaikan anak kecil, akulah tempat bermanjanya. Saat kau menjadi madu, aku akan meneguk sepuasnya. Seketika kau menjadi racun, akulah penawar “bisa”-nya. Seandainya kau tulang yang bengkok, maka aku berusaha lemah lembut saat meluruskannya. Wahai istriku, pernikahan ini menyadarkan kita akan perlunya iman dan takwa, untuk bersama meniti sabar dalam menggapai ridhaNya…




Wahai Istriku….

Engkau tahu, rumah tangga itu bagaikan sebuah bahtera. Bahtera yang bersandar di pelabuhan itu memang aman dan nyaman, namun bukanlah itu tujuan dibuatnya bahtera, ia akan berlayar mengarungi samudra luas, dan kau tentu mehahami bahwa bahtera itu berlayar diatas air laut. Ada percikan di sana, ada riak di sana, ada debur di sana, ada gemuruh di sana, ada gelombang di sana, tetapi juga ada teduh…..




Wahai Istriku….

Engkau memahami bahwa langit tidak selalu biru, tidak selalu menghembuskan angin spoi –spoi yang disambut senyum mentari. Namun adakalanya ia tidak bersahabat. Ada mendung di sana, ada hujan di sana, ada kilat di sana, ada petir di sana, ada guntur di sana, ada halilintar di sana, ada badai di sana, tetapi juga ada cerah……




Setelah kita sama – sama memahami itu, tentu kau tahu wahai istriku, kita sedang menumpang bahtera yang sudah mulai melaju. Bahtera yang masih teramat baru, dan kau sudah tahu namanya kan?, bahwa bahtera itu bernama RUMAH TANGGA. Kita tidak mengharap terpaan gelombang, - memang-, namun kau tahu bagaimana karakter laut. kita juga tidak menginginkan adanya mendung dan petir, tetapi kau juga sudah faham bagaimana karakter langit. Pun kita juga tidak mendamba angin kencang apalagi badai, namun kau tentu memahami karakter udara. Istriku, walaupun kita tidak menginginkan semuanya itu, mari kita sama-sama belajar untuk mengantisipasi. Kita jaga bahtera ini mulai dari sekarang.




Wahai istriku…..

Angin dan badai itu adalah cobaan dalam perjalanan bahtera rumah tangga, wujudnya kadang berupa pertengkaran, kadang kecemburuan, kadang perselisihan, kadang fitnah, kadang perdebatan, kadang saling mendiamkan, kadang menipisnya kepercayaan, atau kadang tak sejalan. Hal itu, – kata orang - lumrah dalam bahtera rumah tangga, asal tidak selalu begitu, saling mengerti dan saling memaafkan. Orang bijak berkata: “Apabila dalam liku berumah tangga terdapat lembah duka, itu bumbunya cinta. Berduka dalam biduk rumah tangga, walau sakit terasa, itu garamnya cinta. Yang menambah nambah kasih sayang, yang menambah nambah kerinduan, yang menambah nambah keindahan, yang menambah nambah kemesraan”. Maka kesabaran, kerendah hatian, kelemah lembutan, berlapang dada, saling memahami dan saling memaafkan, adalah kunci utama untuk menjaga ikatan suci pernikahan ini.

Wahai Istriku….




Kau pernah membaca kitab kan?, - mungkin saat masih di pesantren dahulu-, bahwa di dalam setiap rumah yang di situ ada ikatan sah suami istri, pasti ada setan bernama “Dasim” yang mendekam di dalamnya. Itulah salah satu nama syetan dari sekian banyak anak buah iblis yang sengaja diutus olehnya untuk membuat makar di dalam rumah tangga. Iblis menyuruhnya agar di rumah tangga itu terjadi pertengkaran, percekcokan, perselisihan, perdebatan, bahkan mungkin saling mendiamkan, dan pada puncaknya adalah – na’udzubillah-, perceraiaan. Maka tatkala “Dasim” berhasil memisahkan suami istri itu, ia akan mendapat piala citra dari komandannya yang bernama Iblis, berupa kedudukan tinggi semacam “naik pangkat”. Begitulah penjelasan dalam sebuah riwayat.




Wahai istriku, mari kita sama-sama ber-‘azzam, untuk satukan tekat, dengan bekal iman, taqwa, dan tawakkal ‘alallah untuk membuat “Dasim” menangis tersedu – sedu di rumah kita, jangan biarkan ia memiliki celah sedikitpun untuk menipu daya kita. Sesuai dengan janji-Nya –“ Inna kaidasyaitona kana dzo’ifa”-, sesungguhnya tipu daya syetan itu lemah, dengan pertolongan Allah kita akan menang melawannya.




Wahai istriku…..

Kebahagiaan hakiki dalam pernikahan itu bukan pada menggunungnya harta yang kita kumpulkan, atau kelapangan hidup yang selalu kita dapatkan. Apabila ternyata semua itu hanyalah “istij-rat” dari Allah atas segala kelalaian kita akan kampung halaman abadi yang Dia janjikan, maka kemewahan itu tidaklah berguna. Bila semua itu menjadikan kita hamba ketenaran, yang berlomba dalam kemewahan, tak peduli lagi mana halal mana haram, hingga tibanya hari yang dijanjikan, itulah kebangkrutan yang nyata. maka pada hari kiamat para kekasih saling mengingkari, suami isteri yang di dunia dulu seperti putri dan pangeran, kini mereka bermusuhan dan saling menyalahkan, sebab mereka dahulu tidak saling melarang dalam keburukan. “Al akhilla u yaumaidzin ba’duhum liba’din ‘aduw, illalmuttaqun” (para kekasih dan teman setia di hari itu menjadi musuh bebuyutan, kecuali orang-orang yang bertaqwa). “Wanasuqul mujrimina ila jahannama wirda” (dihari itu Aku menggiring para pendosa menuju jahannam dalam keadaan meronta kehausan). Adakah kerugian yang lebih perih dibandingkan dengan digiringnya manusia ke dalam neraka…?, na’udzubillah.




Wahai Istriku….

Kebahagiaan hakiki dalam pernikahan itu ada pada barakahnya rezeki yang kita terima, serta diberikannya kita petunjuk dalam keimanan, ketakwaan, dan ketaatan, hingga tibanya ajal kita. Maka pada hari kiamat nanti para kekasih saling dipertemukan, karena seorang kekasih akan bersama lagi dengan yang dikasihinya, seorang isteri akan kembali bersama suami yang dicintainya, sebab mereka dahulu saling bersabar dalam melakukan kebaikan. “Yauma nahsyurul muttaqina ilarrohmani wafda”( dihari itu Aku ‘menyambut’ orang-orang yang bertaqwa sebagai tamu kehormatan, mendatangi surga dengan berkendaraan). Adakah keuntungan yang lebih indah dari diucapkannya “salam” yang mengiringi kita bersama orang-orang yang kita cintai utuk masuk ke dalam surga-Nya…?, “Dzalika huwal fauzul ‘adzim” ( itulah kesuksesan yang sesungguhnya).




Wahai Istriku….

Pernikahan itu bukanlah sebuah pertemuan antara Malaikat dan Bidadari, melainkan pertemuan antara seorang Adam dan seorang Hawa yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan, oleh karena itulah mereka saling melengkapi. Maka aku menyadari dengan sepenuhnya, bahwa aku tidak ingin menuntut terlalu tinggi pada engkau, karena justru aku sendirilah yang akan tersentak atas kekurangan diriku. Aku sadar, bahwa aku bukanlah Muhammad yang begitu sempurna keimanannya, aku juga bukan Ali yang begitu adil dan bijaksana dalam keluarga…




Wahai Istriku…

Engkaupun tentunya juga tidak menuntut terlalu tinggi pada sang suami, sebab justru engkau sendirilah yang akan tersentak atas kelemahan diri. Karena kau juga akan sadar, bahwa kau bukan Khadijah yang begitu sempurna dalam menjaga, dan bukan pula Fathimah yang begitu setia dalam sengsara. Aku tidak mendamba isteri sehebat Khadijah, karena aku tak semulia Rasulullah. Aku juga tidak mencari istri secantik Bilqis, karena aku tak sehebat Sulaiman.

Istriku, kau juga punya fikiran yang sama kan ?, bahwa kau tidak mengharap suami setampan Yusuf, karena kau tak setulus Zulaikha, kau juga tidak mencari suami seteguh Ibrahim, karena kau juga tak setabah Hajar dan Sarah. Kita ini hanyalah lelaki dan perempuan akhir zaman, yang ingin saling memperbaiki diri untuk belajar menjadi pria dan wanita yang shalih dan shalihah, bersama membangun keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah. Smile please……




Dariku, Suamimu….










Author: Unknown
•04.38

  1. Lentera Menata Hati


    Bismillahir-Rahmanir-Rahim .....

    Sungguh apa yang telah terlintas dalam hatiku, mungkin permintaan maaf tak akan mampu menebus kesalahanku, namun demi melihat senyuman itu mengembang aku terlempar ke dalam lubang rasa bersalah yang terdalam, wahai istriku, betapa kemuliaan akhlakmu telah memukau diriku.


    Entah mengapa saat itu aku tidak mampu menguasai amarahku, mungkin ada sebagian kata-kataku yang mampu menyakiti hatimu, kadang aku khilaf mencela dirimu, kadang ada saat aku ingin menyakiti dirimu. Namun diam-mu membuat diriku pun terdiam, tanpa sepatah kata pun engkau duduk di hadapanku dan menunduk, sesekali engkau menatapku dengan pancaran kasih sayang yang tulus. Wahai istriku, apa yang telah menguasai hatiku?


    Dengan sabar engkau menerima setiap kata-kata yang aku ucapkan, tidak tersirat sedikitpun kebencian di wajahmu terhadap diriku, betapa gelas-gelas kaca ini begitu mudah rapuh, retak dan pecah jika engkau tak bersabar merawatnya. Mungkin tak pernah aku menyadari engkau telah merawatnya dengan hati yang tabah dan penuh kesabaran, namun aku melihat betapa saat itu aku merasa kecil dan tak berarti dihadapanmu…


    Diam-mu telah meredakan amarahku, lidah ini tercekat melihat kesabaranmu untuk duduk, diam dan menerima segala apa yang aku ucapkan, semoga Allah Ta’ala memberkahimu wahai istriku, betapa diam itu telah menjadi sebuah pedang yang tajam menusuk tepat pada keangkuhanku, menghancurkan amarah ini dan membuat dirimu semakin berarti bagiku.

    Setelah aku terdiam engkau pegang tanganku dengan kelembutan sifat wanitamu, dengan teduk engkau menatap mataku dan suaramu menenangkan hatiku, “Wahai suamiku, maafkanlah aku atas segala kesalahanku, aku hanyalah wanita lemah yang kadang salah dan selalu memohon ampunan-Nya, maka maafkanlah aku karena Allah Ta’ala, sebagaimana engkau mencintai aku karena Allah Ta’ala.”


    “Wahai suamiku, api amarah itu berasal dari syaithan, maka padamkanlah dengan wudhu, engkau lebih mengetahuinya daripada aku, maka duduklah sejenak dan perkenankan aku menyiapkan air wudhu untukmu..!”

    A’udzu billahi minasy syaithaanir rajiim, apa yang telah aku lakukan kepadamu wahai istriku, mengapa aku terlena dengan bujukan syaithan? Bukankah engkau telah berusaha sebaik mungkin mentaati aku dengan segala kemampuanmu, air mataku menetes demi melihat kebodohanku, tak mampu lagi aku mengangkat wajahku, betapa malunya diri ini di hadapanmu.

    Dan saat kau datang membawa air wudhu itu, senyummu mengembang seindah pertama kali aku melihatmu, tidak tampak sedikitpun kau ingin membalas celaan yang tadi aku lontarkan, mungkin engkau menahannya dengan begitu baik dalam dirimu, lalu kenapa aku tidak mampu melakukannya sebaik dirimu?


    Engkau letakkan air wudhu itu dihadapanku, dan kau genggam erat tanganku yang gemetar, dengan kelembutan kasihmu kau usap air mata ini. Wahai istriku, betapa kelembutan dirimu dan kemuliaan akhlakmu membenamkan amarah ini. Wahai istriku maafkanlah kekhilafan yang telah aku lakukan dengan dholim kepadamu.

    Adzan telah berkumandang, sirna sudah segala amarah dalam diri, seakan tak pernah terjadi apapun engkau siapkan keperluanku untuk sholat, wahai istriku… betapa aku beruntung telah memilikimu.

Free Automatic Backlinks Exchanges

Ingin Link anda nonggol disini silahkan copy paste link LENTERA HATI MENATA HATI Link Exchange/Tukar Link. dibawah ini ke blog anda setelah itu klik linkLENTERA HATI MENATA HATI dari blog anda dan lihat hasilnya link anda otomatis nempel disini selamanya

Top Ereferrer

Backlink Site

Lembaga Perlindungan Konsumen Indonesia. CHANNEL---TV---DESA PATIKRAJA Desa Patikraja.Aminah Setiyaningrum Form Link Exchange/Tukar Link.SERIBU KAWANbacklinkgratis4ufreebanner4uSERIBU KAWANbertaubatlahiklanseribuartissexy17freebacklinks4usatriopiningitkatamutiara4usehatwalafiahiniinfo4uFree Automatic Linkiklansahabat2billiontraffic4uiklanwargaechange de liensseribusayangDAHOAM Free Backlinksbloggratiss4usurgalokaSERBA SERBISENI LUKISTEMPLATE GRATISWARGA BISNISAGUS FAUZYUnlimited BacklinkFree Automatic LinkFree Automatic Link4905GOBLOGANEKA VIDEOFree BacklinksBacklink ExchangeCalendario BiblicoFree Automatic LinkDie Gute SaatFree Automatic LinkFree Automatic LinkFECEBLOG 4UIFree Automatic LinksangrajamayaIntercambio de enlacessurgawebEnlaces GratisFree Automatic LinkFree Automatic LinkFree Automatic LinkbabulfatahFree Automatic Elvira Linksbacklinkgratis4uFree Automatic LinkFree Automatic LinkBUSANA MUSLIMFree BacklinksUnlimited Backlink ExchangeseribukatamutiaraUnlimited Backlink ExchangeTradiciones Peruanas de Ricardo PalmaAutomatic Backlink ExchangeFree Automatic LinkPlugboard Free Backlink ExchangeMariachi Backlink ExchangeWeb Link ExchangemajelisrasulullahText Backlink ExchangesLinkon Bedava - Free BacklinkText Back Links Exchangebedava - Free Backlink - www.linkdevi.comText Back Links Exchangesbedava - Free Backlink - www.v8link.com