•08.09
perjalananku
Istriku dulu kala engkau pernah cerita padaku ketika kita berdiri di tepi lautan di ujung bebatuan yang penuh kerikil kerikil tajam.engkau bercerita tentang kehidupan ini.
Hidup ini penuh dnegan jalan-jalan yang kita lalui.
Istriku dulu kala engkau pernah cerita padaku ketika kita berdiri di tepi lautan di ujung bebatuan yang penuh kerikil kerikil tajam.engkau bercerita tentang kehidupan ini.
Hidup ini penuh dnegan jalan-jalan yang kita lalui.
Dalam
jalan-jalan yang kita pilih ada saja kerikil tajam. Tapi bila kita mau
melaluinya,maka kita akan menemukan makna di dalamnya.
…ada beberapa kerikil tajam yang harus di jalani sebelum kaki menuju tempat yang nyaman dan indah,,dan kerikil tajam itupun akan melukai kaki bila menjalaninya,,,
Beberapa waktu yang lalu seorang teman curhat tentang sulitnya medan waktu hiking. Dia jatuh kena batu dan kerikil tajam..berkali-kali ndlosor (nyungsep).Belum lagi cuaca yang ga mendukung. Tapi saat sampai ke puncak,,amatlah girang hatinya karena semua kelelahan dan babak belurnya terbayar dengan rasa haru dan takjub akan keindahan alam di sana. Gunung itu adalah Semeru.
Tapi bukan Gunung Semeru yang membuat aku nyaris berhari-hari merenungkan akan makna kerikil yang membuat kaki temanku lecet dan luka. kerikil tajam di sini adalah bukan kerikil yang real,bukan kerikil yang benar-benar kerikil,,bukan pula batu yang tajam yang membuat kaki ku luka. tapi lebih pada penghubung yang harus ku lalui bila aku ingin mencapai apa yang sudah Tuhan persiapkan untukku,,dan yang pasti semuanya itu indah banget..bahkan melampaui apa yang aku pengen.
Ada sebuah pertanyaan,,
Bila kita ingin menyeberang sungai,kita harus melalui batu-batu tajam yang akan melukai kaki kita,,tapi bila kita tidak melaluinya,kita tidak akan bisa melalui sungai itu. Padahal kita mau ke ujung sana. Lalu,,apakah kita akan biarkan kaki kita terluka?
Dalam perjalanan hidup ini,kita selalu di hadapkan pada halangan-rintangan,,cobaan dan godaan.. Dan seringkali kita ‘memaksa’ Tuhan untuk menyingkirkan kerikil tajam itu,,membuat jalanan menjadi landai,mulus dan lancar. Seringkali kita akan mengomeli Tuhan karena Dia memberi kita sakit dan luka untuk dalam perjalanan hidup kita. Dan seringkali kita lupa akan berkat-berkatnya,akan the gift,akan pemberianNya pada kita selama ini,,kita cenderung meminta,memaksa dan menekan Tuhan. Padahal,,kerikil itulah jalan menuju apa yang kita butuhkan. Kerikil tajam itulah yang akan membuat kita berterima kasih karena luka di kaki kita akhirnya membuahkan sebuah hadiah yang luar biasa…namun,,,sanggupkah kita bertahan dan terus melangkah dalam babak belur kita?
Semua adalah iman.
Bila kita mengatakan kita adalah umat beriman,,tapi tindakan kita jauh dari tanda-tanda orang yang percaya dan yakin. Lalu,,apa yang mau di buktikan sebagai orang beriman? Hanya sebuah kata-kata kosong? Aku pernah terkesan dengan sebuah kata-kata dalam gambar dinding di sebuah ruang selibaters sahabatku. … Kamu Kamu menyebut aku Guru,, tapi mengapa kamu tidak menuruti perintahku..? kamu menyebutku jalan menuju terang dan kehidupan,tapi mengapa kamu tidak pernah datang padaKu? Kamu mengatakan kamu beriman padaku,tapi mengapa kamu tidak percaya padaKu?..
Dan itulah…
Seringkali kita terjebak dalam teoritis iman dan kepercayaan. Kita beriman bila ada keajaiban,kita percaya bila kita mengenggam apa yang real. Bukankah Dia berkata,,Berbahagialah siapa yang tidak melihat namun percaya? Dan itulah. Aku pun juga sering terjebak dalam hal ini. Tidak akan percaya sebelum tangan ini mengenggam,tidak percaya bila mata ini tidak melihat,,,tidak percaya bila pintu yang ku ketuk belum di bukakan,,padahal,,,mata fisik kita telah buta. Kita hanya terfokus pada apa yang menjadi keinginan kita,sehingga saat Dia menyediakan pintu lain untuk kita,kita tidak menoleh pada pintu itu,karena kita tidak percaya padaNya,kita lebih percaya pada diri kita,bahwa apa yang kita inginkan itulah yang terbaik untuk kita,bahwa kita mau pintu yang kita ketuk itulah yang harus di bukakan.
Dalam keseharian,banyak sekali kerikil-kerikil tajam yang harus kita jalani meski sakit adanya. Meski kita menolaknya. Dan semua tak luput dari pertanyaan,mengapa aku harus melalui kerikil tajam bila ada jalan mulus lainnya,,,mengapa Dia tidak menunjukkan jalan lancar padaku,,mengapa kakiku harus luka?
Semua hanya bisa di jawab...seberapa besar kita percaya bahwa jalanan yang berkerikil tajam ini lah jalan yang terbaik dan terindah bagi kita,,dari Dia.
…ada beberapa kerikil tajam yang harus di jalani sebelum kaki menuju tempat yang nyaman dan indah,,dan kerikil tajam itupun akan melukai kaki bila menjalaninya,,,
Beberapa waktu yang lalu seorang teman curhat tentang sulitnya medan waktu hiking. Dia jatuh kena batu dan kerikil tajam..berkali-kali ndlosor (nyungsep).Belum lagi cuaca yang ga mendukung. Tapi saat sampai ke puncak,,amatlah girang hatinya karena semua kelelahan dan babak belurnya terbayar dengan rasa haru dan takjub akan keindahan alam di sana. Gunung itu adalah Semeru.
Tapi bukan Gunung Semeru yang membuat aku nyaris berhari-hari merenungkan akan makna kerikil yang membuat kaki temanku lecet dan luka. kerikil tajam di sini adalah bukan kerikil yang real,bukan kerikil yang benar-benar kerikil,,bukan pula batu yang tajam yang membuat kaki ku luka. tapi lebih pada penghubung yang harus ku lalui bila aku ingin mencapai apa yang sudah Tuhan persiapkan untukku,,dan yang pasti semuanya itu indah banget..bahkan melampaui apa yang aku pengen.
Ada sebuah pertanyaan,,
Bila kita ingin menyeberang sungai,kita harus melalui batu-batu tajam yang akan melukai kaki kita,,tapi bila kita tidak melaluinya,kita tidak akan bisa melalui sungai itu. Padahal kita mau ke ujung sana. Lalu,,apakah kita akan biarkan kaki kita terluka?
Dalam perjalanan hidup ini,kita selalu di hadapkan pada halangan-rintangan,,cobaan dan godaan.. Dan seringkali kita ‘memaksa’ Tuhan untuk menyingkirkan kerikil tajam itu,,membuat jalanan menjadi landai,mulus dan lancar. Seringkali kita akan mengomeli Tuhan karena Dia memberi kita sakit dan luka untuk dalam perjalanan hidup kita. Dan seringkali kita lupa akan berkat-berkatnya,akan the gift,akan pemberianNya pada kita selama ini,,kita cenderung meminta,memaksa dan menekan Tuhan. Padahal,,kerikil itulah jalan menuju apa yang kita butuhkan. Kerikil tajam itulah yang akan membuat kita berterima kasih karena luka di kaki kita akhirnya membuahkan sebuah hadiah yang luar biasa…namun,,,sanggupkah kita bertahan dan terus melangkah dalam babak belur kita?
Semua adalah iman.
Bila kita mengatakan kita adalah umat beriman,,tapi tindakan kita jauh dari tanda-tanda orang yang percaya dan yakin. Lalu,,apa yang mau di buktikan sebagai orang beriman? Hanya sebuah kata-kata kosong? Aku pernah terkesan dengan sebuah kata-kata dalam gambar dinding di sebuah ruang selibaters sahabatku. … Kamu Kamu menyebut aku Guru,, tapi mengapa kamu tidak menuruti perintahku..? kamu menyebutku jalan menuju terang dan kehidupan,tapi mengapa kamu tidak pernah datang padaKu? Kamu mengatakan kamu beriman padaku,tapi mengapa kamu tidak percaya padaKu?..
Dan itulah…
Seringkali kita terjebak dalam teoritis iman dan kepercayaan. Kita beriman bila ada keajaiban,kita percaya bila kita mengenggam apa yang real. Bukankah Dia berkata,,Berbahagialah siapa yang tidak melihat namun percaya? Dan itulah. Aku pun juga sering terjebak dalam hal ini. Tidak akan percaya sebelum tangan ini mengenggam,tidak percaya bila mata ini tidak melihat,,,tidak percaya bila pintu yang ku ketuk belum di bukakan,,padahal,,,mata fisik kita telah buta. Kita hanya terfokus pada apa yang menjadi keinginan kita,sehingga saat Dia menyediakan pintu lain untuk kita,kita tidak menoleh pada pintu itu,karena kita tidak percaya padaNya,kita lebih percaya pada diri kita,bahwa apa yang kita inginkan itulah yang terbaik untuk kita,bahwa kita mau pintu yang kita ketuk itulah yang harus di bukakan.
Dalam keseharian,banyak sekali kerikil-kerikil tajam yang harus kita jalani meski sakit adanya. Meski kita menolaknya. Dan semua tak luput dari pertanyaan,mengapa aku harus melalui kerikil tajam bila ada jalan mulus lainnya,,,mengapa Dia tidak menunjukkan jalan lancar padaku,,mengapa kakiku harus luka?
Semua hanya bisa di jawab...seberapa besar kita percaya bahwa jalanan yang berkerikil tajam ini lah jalan yang terbaik dan terindah bagi kita,,dari Dia.

0 komentar: