
Menanti Kabar Sang Misterius Senja
Tanahmu terlalu belukar untuk ku masuki, memijakmu saja aku harus
tergores darah yang mendarah daging. Apalagi memetik bulan di mata
indahmu. Mungkin luka lebam akan kutemukan bersama taburan bunga
semalam.
Melihat tatapanmu bagaikan menyambar kilat dari
antariksa bumi yang berputar mengelilingi indah setiap benua di bumi
ini. Kalam-Nya kian menguatkanku, dengan tatian setunggul asa bersama malam penuh penantian kabar, seperti menantinya aku pada sang “misterius senja”.
Kali ini aku kehilangan senja, menatapnya saja aku tak sempat. Malam
dan suara jangkrik menemaniku di syahdunya kursi di teras rumahku.
Cahaya rembulan yang begitu manis membuat aku semakin bergetar rasa
untuk merindukan si misterius senja it. Yang selalu berjalan di antara
bait waktuku. Namun, malam ini aku gagal menangkap bayangnya. Lepas….
Seperti angin yang kian menggerogoti dinginku.
Saban hari kian
meronta hatiku untuk bertemunya, dia dating bersama senja dan paduan
emegaan di langit ujung jendela kamarku. Lewat hape pink ku saling
berkirim senyum walau tak berpandang apalagi berpegangan dalam dua makna
kecut yang kadang melukis tawa tragedy air mata di ujung malam
berlambai senja kekuning-kuningan.
Apa kabar kau misterius
senja ? adakah pelangi harapan di telaga bekumu itu ? atau tanah kering
terpecah di hati kerasmu ? terbahak aku menulis noktah tentangmu… aku
pulang dengan harapan kosong, esok ka nada jawab di balik tirai rindu
membelenggu ini. Tidak sekarang…. Sampai nanti… sampai dewasa
memanggil….
Tanahmu terlalu belukar untuk ku masuki, memijakmu saja aku harus tergores darah yang mendarah daging. Apalagi memetik bulan di mata indahmu. Mungkin luka lebam akan kutemukan bersama taburan bunga semalam.
Melihat tatapanmu bagaikan menyambar kilat dari antariksa bumi yang berputar mengelilingi indah setiap benua di bumi ini. Kalam-Nya kian menguatkanku, dengan tatian setunggul asa bersama malam penuh penantian kabar, seperti menantinya aku pada sang “misterius senja”.
Kali ini aku kehilangan senja, menatapnya saja aku tak sempat. Malam dan suara jangkrik menemaniku di syahdunya kursi di teras rumahku. Cahaya rembulan yang begitu manis membuat aku semakin bergetar rasa untuk merindukan si misterius senja it. Yang selalu berjalan di antara bait waktuku. Namun, malam ini aku gagal menangkap bayangnya. Lepas…. Seperti angin yang kian menggerogoti dinginku.
Saban hari kian meronta hatiku untuk bertemunya, dia dating bersama senja dan paduan emegaan di langit ujung jendela kamarku. Lewat hape pink ku saling berkirim senyum walau tak berpandang apalagi berpegangan dalam dua makna kecut yang kadang melukis tawa tragedy air mata di ujung malam berlambai senja kekuning-kuningan.
Apa kabar kau misterius senja ? adakah pelangi harapan di telaga bekumu itu ? atau tanah kering terpecah di hati kerasmu ? terbahak aku menulis noktah tentangmu… aku pulang dengan harapan kosong, esok ka nada jawab di balik tirai rindu membelenggu ini. Tidak sekarang…. Sampai nanti… sampai dewasa memanggil….
0 komentar: